Cari Blog Ini

Kamis, 16 September 2010

Surat Dari Gaza
Oleh : Noviar Syamsuryah Samsir
Assalamu’alaikum
Namaku Khaled al-Durra anak dari Gaza tanah Palestina, tanah yang menjadi pusat konflik Israel-Palestina, tanahku yang berbeda dengan tanah kalian. Tanahku, tanah kami Palestina yang selalu bercahaya, selalu penuh keramaian dan penuh cerita. Aku akan bercerita banyak tentang negriku yang indah untukmu.
Saudaraku, apa kamu mengetahui betapa berbedanya tanah kami dengan tanahmu? Akan kuberi tahu satu rahasia untukmu, apa kamu pernah tahu betapa tanah kami tak pernah kering. Tanah kami selalu basah dan subur, bukan karena disini tempat iklim yang terbaik tapi tanah kami selalu dihujani airmata yang berharga. Air mata orang tua untuk anaknya, airmata istri untuk suaminya, dan air mata anak-anak yang kehilangan ayah ibunya, hampir setiap hari airmata penuh doa itu jatuh menggemburkan tanah kami. Satu lagi, tanah kami tak pernah berhenti dialiri oleh darah pengorbanan, oleh darah orang tua, pemuda bahkan bocah kecil bangsa kami.
Saudaraku, tanahku ini selalu bercahaya oleh kobaran api, disetiap sisi kamu dapat melihat kobaran api yang bergejolak dimana-mana. Menghiasi rumah, sekolah, bangunan, dan lapangan kami. Entah itu pagi ataupun malam disini selalu bersinar diterangi gejolak api yang membara.
Saudaraku, disini penuh dengan keramaian. Kamu akan mendengar dentuman-dentuman yang memekakkan telinga setiap harinya. Gemuruh suara bangunan runtuh serta pekikan teriakan akan selalu menemani hari-hari kami disini. Israel yang menghantarkan jet diudara Gaza dan menghantamkan bom serta torpedonya diatas tanah kami dengan membabibuta seolah tak pernah sekalipun rasa kemanusiaan menghampiri mereka.
Saudaraku, masih banyak cerita tanah kami yang ingin kuutarakan padamu. Tentang perlindungan orang tuaku yang berakhir dengan meregangnya nyawa mereka oleh tembusan peluru tentara Israel yang ingin merampas rumah dan tanah kami. Aku kehilangan satu kaki, kehilangan rumah dan yang pasti yang membuatku sangat pedih karena tentara yahudi la’natullah itu telah membuatku kehilangan orang tua dan keluarga.
Saudaraku, Aku juga kehilangan sahabat, Sayyid dan Anas yang ketika itu mencoba menolongku namun peluru brutal Israel lagi-lagi menghujani tubuh kedua sahabatnya. Entah apa yang terjadi namun atas izin Allah SWT aku masih diberi waktu untuk hidup lebih lama. Aku tak perlu berpikir lebih panjang untuk memikirkan hidupku selanjutnya, karena aku tahu setiap waktu kami disini adalah untuk berjuang di jalan-Nya, untuk menuju satu tujuan menjadi syuhada dan membebaskan tanah kami Palestina. Maka bersama sahabat-sahabatku kamipun mengangkat senjata dan berjuang bersama pasukan Izzuddin Al-Qassam yang merupakan sayap kanan hamas.
Saudaraku, aku masih mengingat jelas setiap kejadian yang merampas keluarga, saudara dan sahabatku. Setiap peristiwa yang begitu menyakiti dan merampas kebahagiaan kami, para orang tua, remaja serta bocah kecil tak berdosa di tanah kami, dalam usia yang masih sangat belia anak-anak bangsa kami harus melihat banyak luka, darah, kematian dan kehilangan besar. Namun, meski begitu apa kamu tahu apa yang ada dalam pikiran anak-anak bangsa kami Palestina? Mereka tidak sedikitpun menyatakan ketakutan dan kemanjaan mereka, mereka telah tumbuh menjadi anak mujahid yang penuh keberanian.
Saudaraku, akan kuberikan contoh kecil padamu. Dialah Hasan Basyir bocah berumur 12 tahun yang mati tertembus peluru serdadu Israel ketika dengan keberaniaanya ia mencoba melempari serdadu-serdadu Israel dengan ketapel dan kerikilnya. Mohammad Natour bocah 11 tahun yang membalur lumpur diwajahnya dan mengangkat bendera Palestina lalu mengatakan “Jika bisa menembak Israel saya tidak ragu-ragu lagi”. Khaled Syahd dan Matar Hamad yang dihujani peluru ketika berusaha mengambil jenazah sepupunya Ihap al-Fatih yang tengah dibiarkan serdadu Israel tergeletak diatas tanah dan tak membiarkan siapapun mengambil jenazahnya. Satu lagi anak Palestina tanah kami yang berumur 13 tahun Arsyid Qadry yang dengan pasti menyatakan diri “Saya juga ingin mati Syahid”.
Saudaraku, aku ingin menangis setiap melihat nyawa saudara dan sahabatku yang berjatuhan, melihat semangat bocah kecil pejuang bangsa kami para mujahid kecil yang kian gagah berlumur darah semangat. Hati ini sakit melihat tanah kami yang perlahan kian dikikis dan dirampas.
Saudaraku, apa kamu tahu berapa banyak kehilangan yang kami rasakan? Kami kehilangan cinta keluarga seperti yang kamu rasakan sekarang, kami kehilangan kebebasan, orang tua kehilangan anaknya, anak kehilangan orang tua dan kerabatnya, kami banyak kehilangan saudara. Tapi yang pasti kami yang masih bertahan akan terus berjuang untuk terus membebaskan tanah kami Palestina.
Saudaraku, aku sudah banyak bercerita tentang tanahku Palestina. Bolehkah aku tahu sedikit tentangmu saudaraku. Saat disini kami tengah berjuang diatas tanah kami apa yang kalian lakukan di tanah kalian? Saat kami berjuang bersama saudara kami apa yang kalian lakukan bersama saudara kalian? Dan saat kami menyaksikan satu persatu pembantaian, ledakan dan kucuran darah dimana-mana, apa yang kalian saksikan disana? Maukah berbagi cerita dengan kami?.
Saudaraku, aku tahu kita terpisah oleh ruang dan waktu, antara kita terbentang daratan dan lautan yang luas. Kita mungkin tak pernah tahu satu sama lain dan kita memang begitu berbeda, kecuali dalam aqidah. Aku selalu berharap dan percaya kalian ada untuk kami, salamku untuk kalian saudaraku.

Assalamu’alaikum
Khaled al-Durra, anak Gaza tanah Palestina