Cari Blog Ini

Selasa, 03 Agustus 2010

Teguran Perjalanan
Oleh : Noviar Syamsuryah S
Hampir setengah jam didalam bus yang penuh teriakan dan kegaduhan, berhias udara pengap dan gerah yang membuat peluh kian bercucuran akhirnya buspun melaju dengan kencang membuat angin dengan bebas masuk mengisi udara pengap dalam bus, pandanganku senantiasa mengikuti laju bus dengan perlahan mulai memperlihatkan frame alam yang bergerak cepat dari balik kaca. Sesekali dapat kulihat dengan jelas orang-orang dijalan yang sibuk dengan aktifitasnya, sederetan kendaraan yang tengah sibuk memainkan gas dan pedalnya, anak sekolah yang tengah berkumpul dan berjalan bersama, pertokoan dan pasar yang kian ramai umumnya dipadati ibu-ibu, seorang kakek yang tengah berusaha menyeberang jalan, anak yang menjajakan korannya, serta remaja yang tengah mengolah vocal dan memainkan gitarnya dilampu merah.
“Hmm,,,banyak sekali kehidupan dalam hidup ini.” Gumamku
“Apa,,,tadi kamu bilang apa?” teguran Teguh mengagetkanku, kupikir sedari tadi ia tengah terlelap tidur disampingku.
“Ah,,,kamu ini,,,!”
“Kenapa? Dari tadi kuperhatikan kamu diam saja melihat keluar,,,memang diluar ada apa, bukankah hanya ada jalan?”
“Memang benar,,,”
“Lalu kenapa segitu perhatiannya sampai mengamati begitu tajam dan dalam?”
“Ah tidak,,,hanya saja setiap mengalami perjalanan rasanya ada saja sesuatu yang menggetarkan,,,entah apa namanya.” Aku menjawab pasrah, rasanya memang selalu seperti ini saat aku mengalami perjalanan.
“Apa benar seperti itu?” Teguh menepuk pundakku lalu mencoba melongo kearah jendela disampingku “Wah,,,sepertinya kau ini perasa sekali”
“Begitulah aku,,,apa kamu baru tahu kalau temanmu ini begitu peka?” Aku menepuk-nepuk dada.
“Tapi benar juga.” Teguh bergumam sambil kembali ke posisi duduknya semula lalu menatap kedepan kemudian menoleh kebelakang bus “Yah terkadang perjalanan membuat kita merasa aneh, berbeda sekali saat kita menghabiskan waktu dengan aktifitas seperti biasa dalam ruang berlapis dinding yang kaku dan terbatas, saat kita dijalan pandangan menjadi jauh lebih luas dan ada-ada saja kejadian aneh dan baru yang bakal kita lihat”
“Hmm,,,aku rasa mendengar atau membaca berbeda sekali dengan saat kita melihat langsung, kau tahu rasanya ada getaran aneh saat melihat dengan jelas anak jalanan, pengamen atau pengemis yang tengah bergerilya diatas pijakan aspal yang kian panas”
“Yah,,,banyak hal diluar yang tidak pernah kita rasakan” Teguh kembali melongo kejendela disampingku “Kau lihat itu?” Ia mengarahkan telunjuknya pada suatu proyek bangunan dengan beberapa kuli bangunan yang tengah bekerja, namun seketika lenyap karena bus yang melaju cukup kencang.
“Maksudmu proyek bangunan tadi?”
“Hm,,,kita tidak pernah tahu bagaimana rasanya bekerja seperti itu, meski terik matahari begitu menyengat atau bahkan hujan sekalipun mereka tetap bekerja, harus mengangkat batuan dan pasir yang berat, bergelantungan diatas bangunan dan entahlah apalagi,,,”
“Yah,,,mereka bekerja keras membuat bangunan megah yang mungkin takkan pernah mereka nikmati kelak, hanya akan dinikmati orang-orang besar” ujarku sambil terus menatap keluar seolah sedang menyaksikan frame layar yang bergerak cepat, bisa kulihat pertokoan yang berjejeran dan pepohonan serta sesekali melihat gedung-gedung besar yang berhalaman cukup luas.
“Yahhh,,,semua itu untuk menghidupi kehidupannya,,,” Teguh berbalik menatap seorang ibu yang tengah berusaha membuat anaknya tidur dipangkuannya “Kurasa kita mesti banyak belajar dari,,,,,aaaaa”
“Aaaaaaaaa”
Teguh tidak sempat lagi meneruskan kalimatnya, bus tiba-tiba mengerem dengan tajam membuat kami dan penumpang lain terhempas kedepan dan terpantul kedudukan. Beberapa barang berjatuhan menimbulkan kegaduhan ditambah teriakan seluruh penumpang yang mulai panik.
“Astagfirullah,,,”
“Ya Tuhan,,,ada apa ini,,,?”
Beberapa penumpang tampak sedang beristigfar, beberapa yang lain masih terlihat panik dengan saling mengutarakan komentar dan pertanyaan. Bus berhenti, semua penumpang memandang keluar dan kedepan, beberapa orang pemuda dan para lelaki paruh baya keluar begitupun aku dan Teguh. Sebelumnya aku melihat supir masih duduk memegang setir, wajahnya tampak pucat meski begitu ia mencoba membuka pintu dan turun dari bus tak lupa mengambil botol minumannya. Supir itu kemudian duduk lalu meneguk botol minumannya dengan gemetar.
Sementara beberapa penumpang juga keluar dari sebuah mobil kijang Inova berwarna hitam yang tepat berada hanya kurang lebih dua meter jaraknya dari bus yang kami tumpangi. Beberapa orang juga mulai berkerumun disekitar bus. Semua bernafas lega setelah mengetahui kejadian sesungguhnya, rupanya kedua mobil hampir saja bertabrakan saat mobil kijang hitam itu ingin menyeberang jalan.
“Huff,,,Abdi apa kau tahu satu lagi pelajaran hari ini?” Teguran Teguh mengagetkanku, segera aku berbalik kearahnya sementara ia berdiri kaku menampakkan ekspresi wajah campuran antara tegang panik yang juga ingin tersenyum.
“Apa katamu,,,?”
“Untuk sepersekian detik tadi aku sangat takut hidupku akan berakhir, aa,,a,,aku merasa belum sanggup dan tiba-tiba terpikir olehku betapa hidup ini amat singkat dan tak ada sedikitpun hal berarti yang kulakukan.” Wajah Teguh menjadi lebih pucat, ia segera duduk ditrotoar kemudian menunduk pasrah menatap aspal jalan “Abdi,,,kau tahu aku,,,aku benar-benar takut.”
Aku terdiam sesaat kemudian duduk disamping Teguh, pandanganku kembali menatap dua mobil yang hampir bertabrakan itu dan para penumpang yang tak kalah pucatnya dengan Teguh. Yah,,,tak bisa kupungkiri aku juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Teguh dan aku yakin para penumpang itu juga merasa demikian. Segera aku menepuk pundak Teguh yang masih menunduk.
“Kurasa hidup ini menjadi amat berarti saat kita merasa hampir akan berakhir,,,” Aku menghela napas dalam-dalam kemudian menunduk memerhatikan aspal jalan “Mungkin ini teguran dari Sang Khalik agar kelak kita lebih memahami arti hidup dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang masih diberikan untuk melakukan hal yang lebih baik dan berarti.”
Bus belum berjalan kembali karena supir dan beberapa penumpang masih terlihat shock, penumpang lain juga ikut duduk ditrotoar sementara yang lain menenangkan diri dengan mencari minum. Aku bisa melihat beberapa ibu dengan wajah yang basah oleh airmata. Perjalan ini menambah getaran aneh yang biasa kurasakan.